1.
Hubb Al-Dunya
a.
Dalil Naqli
Hubb
al-dunya merupakan akhlak tercela yang harus dihindari,sebagaimana firman
Allah:
”Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga- banggaan tentang banyaknya harta dan anak”(QS. al-Hadid [57]:20).
b.
Pengertian Hubb Al-Dunya
Hubb al-dunya adalah cinta
dunia yang berlebihan. Hubb al-dunya
adalah sumber kehancuran umat. Penyakit ini sangat berbahaya karena
dapat melemahkan dan menggerus keimanan seseorang. Yang dimaksud hubb al-dunya
di sini adalah mencintai dunia dengan melupakan kehidupan akhirat. Maksud dunia
disini adalah segala sesuatu yang kurang bermanfaat di akhirat.
c. Penyebab Hubb al-dunya
1) Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana
mencapai kehidupan akhirat.
2) Suka mengumpulkan harta dengan menghalalkan berbagai macam cara.
3) Kikir terhadap harta, tidak rela hartanya terlepas dari dirinya.
4) Serakah dan rakus serta tamak. Selalu ingin mengumpulkan harta
walaupun sudah memiliki.
5) Tidak mau mensyukuri nikmat Allah.
d. Dampak Negatif
1) Cinta dunia akan membuat mereka lalai kepada Allah.
2) Mereka yang begitu mencintai dunia akan mudah tergoyah imannya.
3) Sebagai sumber penyakit, cinta dunia sering mengakibatkan
seseorang cinta terhadap hartanya dan di dalam harta terdapat banyak penyakit,
antara lain tamak, rakus, pamer, dengki dan lain-lain.
4) Menghalalkan segala cara demi memperoleh kesenangan dunianya.
5) Membuat seseorang tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat
baginya di akhirat
e. Cara Menghindari
1) Mengingat bahwa kehidupan dunia itu hanya sementara. Islam tidak
memerintahkan umatnya meninggalkan dunia, tetapi diperintahkan untuk
menaklukkan dunia dalam genggamannya, bukan dalam hatinya.
2) Memperbanyak mengingat kematian.
3) Qana’ah yaitu merasa cukup terhadap yang dimiliki, serta
menjauhkan diri dari sifat tidak puas terhadap harta.
4) Mengingat bahwa apa yang kita lakukan di dunia akan dimintai pertanggung
jawaban di akhirat.
2. Hasad
a. Dalil Naqli
Allah
berfirman:
“Jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. ali- Imran [3]: 120)
b. Pengertian
Hasad adalah penyakit hati ketika seseorang merasa tidak senang
jika orang lain menerima karunia dari Allah. Hasad secara bahasa berarti dengki
atau benci. Menurut istilah hasad adalah membenci nikmat Allah Swt. yang
dianugerahkan kepada orang lain, serta menginginkan agar nikmat tersebut segera
hilang atau terhapus dari orang lain.
Nikmat yang dikaruniakan oleh Allah Swt. kepada hamba-Nya tidak
sama. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa harta benda, ada yang
dikaruniai nikmat berupa anak, kecerdasan, kecantikan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi manusia yang mempunyai perilaku hasad merasa tidak senang jika
orang lain menerima karunia-Nya.
c. Sebab-sebab
Ada dua sebab utama yang membuat seseorang berlaku hasad, yang pertama adanya rasa permusuhan dan
kebencian kepada seseorang. Yang kedua adanya sifat takabur atau sombong yakni
merasa diri sendiri yang paling baik, paling benar atau paling hebat. Dari sifat dan sikap seperti ini seseorang
tidak suka terhadap keberhasilan dan kemajuan yang dicapai orang lain.
d. Dampak
Negatif Hasad
1) Menghanguskan amal kebaikan
2 Merasa senang jika orang lain tertimpa musibah
3) Memutus tali silaturahmi
4) Hilangnya ketenangan dan kebahagiaan
5) Tidak dapat menyempurnakan iman
e. Cara
Menghindari Perilaku Hasad
1) Memperbanyak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
2) Menanamkan kesadaran bahwa sifat hasad akan membawa seseorang
menderita batin
3) Berfikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita
4) Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari dengki itu adalah permusuhan dan permusuhan akan membawa petaka.
5) Memelihara sikap rendah hati, tidak sombong atau membanggakan
diri, dan meyakini bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah Swt.
sehingga kita tidak perlu merasa tersaingi apabila orang lain mendapatkan suatu
kenikmatan dari Allah.
6) Saling mengingatkan dan saling menasehati
7) Bersikap realistis melihat kenyataan
8) Mempunyai pendirian dan tidak mudah terprovokasi
9) Senantiasa
ingat pada Allah dan meminta perlindunngan kepada-Nya agar terhindar dari sifat
hasad.
3. Ujub
a. Dalil
Naqli
Rasulullah
Saw. bersabda :
“Tiga
perkara yang membawa kepada kehancuran: pelit, mengikuti hawa nafsu, dan suka
membanggakan diri. “(HR. ath-Thabari, hadits Hasan).
b. Pengertian
Ujub
Secara bahasa (etimologi), ’Ujub, berasal dari kata ajaba yang
artinya kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bi al-Nafs berarti kagum pada diri sendiri. Yaitu ketika
kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki
orang lain.
Secara istilah dapat kita pahami bahwa ’ujub yaitu suatu sikap
membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan
kepada kemampuan diri. Imam Ghozaly menuturkan, “Perasaan ’ujub adalah
kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa
mengembalikan keutamaan kepada Allah.”
c. Sebab-sebab
1) Banyak dipuji orang. Pujian seseorang secara langsung kepada
orang lain, dapat menimbulkan perasaan ’ujub dan egois pada diri orang yang
dipujinya.
2) Banyak meraih kesuksesaUn. SJeIseoPranUg yBangLseIlaKlu sukses
dalam meraih cita-cita dan usahanya akan mudah dirasuki perasaan ujub.
3) Kekuasaan. Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan
bertindak tanpa ada protes dari orang di sekelilingnya, dan banyak orang yang
kagum dan memujinya.
4) Mempunyai intelektual dan kecerdasan yang tinggi
5) Memiliki kesempurnaan fisik. Orang yang cantik, postur tubuh
ideal, tampan dan ia memandang kelebihan yang ada pada dirinya, serta lupa akan
keberadaannya sebagai manusia maka akan cenderung ujub.
d. Dampak Negatif
1) Ujub akan membawa ke arah kesombongan (kibar), karena ujub
merupakan salah satu sebab timbulnya kesombongan dan hal itu memberikan
pengaruh negatif yang sangat banyak.
2) Meremehkan dosa dihadapan Allah, karena merasa ibadahnya sudah
sempurna.
3) Melupakan nikmat itu pemberian dari Allah karena merasa bahwa
keberhasilannya itu merupakan hasil usahanya sendiri bukan pemberian Allah
4) Tidak takut azab dan kemurkaan Allah karena ia meyakini bahwa ia
telah mendapat kedudukan mulia di sisi Allah.
5) Menggugurkan pahala,
karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan
ikhlas karena-Nya.
6) Enggan bermusyawarah dan berdiskusi dengan yang lain, juga
enggan bertanya mengenai hal yang tidak diketahui. Ia lebih senang pada
pendapatnya sendiri.
7) Hilangnya rasa saling menghormati, lenyapnya rasa simpati orang
kepadanya dan menanamkan kebencian.
8) Enggan menerima nasehat orang lain karena menganggap orang lain
lebih bodoh.
e. Cara
Menghindari
1) Selalu mengingat akan hakikat diri. Nyawa yang ada dalam
tubuhnya semata-mata anugerah dari Allah. Andaikata Allah tiba-tiba
mengambilnya, maka badannya tidak ada harganya sama sekali.
2) Sadar akan hakikat dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat
menanam amal shaleh untuk kebahagiaan di akhirat.
3) Menyadari bahwa sesungguhnya nikmat itu pemberian dari Allah,
bukan semata-mata
hasil usahanya. Ilmu, hartUa, kJesIehaPtanUseBmuaLitIu Khanyalah
titipan dari Allah
4) Selalu ingat akan kematian dan kehidupan setelah mati
5) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat Ujub.
6) Berusaha mau bekerja sama dan hidup saling menghargai
4. Sombong
a. Dalil Naqli
”Aku
akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.”(QS. al- A’raf [7]: 146)
Rasulullah
Saw. bersabda:
“Tidak akan masuk surga seseorang yang
di hatinya terdapat kesombongan sebesar
buah dzarrah.”(HR. Bukhari).
b.Pengertian Sombong (Takabur)
Sombong (takabur) artinya adalah membanggakan diri sendiri.
”Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR. Muslim).
Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin dalam
bukunya, ”Halal Haram dalam Islam”, mencontohkan beberapa sikap sombong,
diantaranya membantah guru, memperpanjang pembicaraan, serta menunjukkan adab
buruk kepadanya. Bentuk kesombongan lain adalah menganggap rendah orang yang
telah memberikan masukan kepadamu hanya karena dia berasal dari kalangan yang
lebih rendah darimu.
Sombong itu merupakan anak dari ujub, akar dari sombong itu adalah
ujub. Jadi, ujub itu melahirkan sombong. Terdapat perbedaan antara ujub dengan
sombong. Adapun Ujub tidak memerlukan orang lain, sedangkan sombong membutuhkan
orang lain sebagai pembandingnya. Islam melarang dan mencela sikap sombong.
Allah berfirman:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.Luqman [31]: 18)
c. Sebab-sebab
1) Merasa apa yang diucaUpkaJn IbenPar,UsehBingLgaImKenganggap
orang lain salah
2) Gila pujian. Jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang
bukan main dan bertambah keangkuhannya.
3) Merasa banyak ilmu, banyak harta. Namun lebih fatalnya, ada
orang tidak kaya tetapi dia bersikap sombong. Rasulullah Saw. bersabda: ”orang
fakir yang berlaku sombong termasuk orang-orang yang tidak akan diajak
berbicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah juga tidak akan menyucikan, tidak
akan memandang mereka , dan bagi mereka azab yang pedih.” (HR. Muslim)
4) Amal dan ibadah. Ia merasa nanti hidupnya selamat sampai di
akhirat sedangkan orang lain dianggap tidak selamat.
5) Karena nasab (garis keturunan) dan kelebihan fisik yang dimiliki
d. Dampak
Negatif
1) Menjadi penghalang masuk surga, karena tidak memiliki akhlak
seorang mukmin. Akhak mukmin adalah pintu surga dan kesombongan penutup pintu
surga.
2) Mendapatkan hukuman di dunia karena kesombongannya.
3) Membuat orang lain membenci perilakunya
e. Cara
Menghindari
1) Meningkatkan ibadah kepada Allah
2) Meningkatan keimanan dan ketakwaan
3) Menyadari dosa yang akan menimpa pada orang sombong
4) Mengganti dengan berperilaku tawadu’
5) Ikhlas dalam melakukan perbuatan
6) Menyadari segala kekurangan sebagai manusia
7) Menyadari bahwa hidup ini hanya sementara
5.Riya’
a.Dalil
Naqli
”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.” (QS. al-Baqarah [2]:
264).
b. Pengertian
Pengertian riya’ menurut
bUahaJsaIbPeraUsal BdaLri
IkaKta al-Riya’u yang
artinya menampakkan. Yaitu memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada
sesama manusia. Secara istilah riya’ adalah melakukan ibadah untuk mendapatkan
pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Menurut Imam Ghazaly riya’
adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka
hal-hal kebaikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal
kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan
cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapatkan
pujian atau penghargaan. Salah satu sifat yang erat kaitannya dengan riya’
adalah sum’ah yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikannya kepada
orang lain.
c. Sebab-sebab
1) Terlalu dikagumi orang lain
2) Lari dari celaan
3) Rakus akan apa yang diperoleh/ terdapat pada orang lain
4) Ambisi mendapatkan kedudukan atau kepemimpinan
5) Senang karena lezatnya pujian orang lain
6) Lalai akan dampak buruk riya’
d. Dampak Negatif
1) Riya’ lebih berbahaya dari pada fitnah Dajjal
2 Nilai amal saleh hilang.
3) Riya’ adalah syirik khofi (tersembunyi)
4) Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha
mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
5) Akan merasa hampa dan kecewa apabila perhatian dan pujian yang
ia harapkan ternyata tidak didapatnya.
6) Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila hormat
7) Bisa menimbulkan pertengkaran bila ia mengungkit-ungkit
kebaikannya pada orang lain.
8) Lebih sangat merusak dari pada serigala menyergap domba
9) Menjadi sebab azab di neraka
10) Menambah kesesatan seseorang
e. Cara Menghindari.
1) Memperbaiki niat ibadah semata-mata karena Allah
2) Menghindari sikap suka memamerkan perbuatan baik
3) Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
4) Meningkatkan kekhusyukan dalam beribadah
5) Mengingat bahaya perilaku riya’
6) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’
7) Hidup sederhana

A. Pengertian Sifat Wajib dan Sifat Jaiz Allah
Allah adalah Dzat
yang Maha Sempurna dan yang Maha Agung.
Allah Dzat-Nya adalah tunggal, tidak terdiri dari unsur-unsur dan bagian-bagian
dan tidak ada suatu apa pun yang serupa dengan-Nya. Dan karena itu manusia
dilarang berpikir tentang Dzat Allah karena tidak dapat mengetahuinya. Manusia
dipanggil untuk menggunakan akalnya bagi memikirkan alam ini dan segala isinya,
tidak untuk memikirkan Dzat Allah yang gaib itu dan tidak ada yang serupa
dengan-Nya.
Sedangkan sifat
jaiz Allah adalah adalah sifat yang mungkin (boleh) ada atau sifat yang mungkin
(boleh) tidak ada pada Allah. Selanjutnya kita akan mengkaji dua sifat Allah,
yaitu sifat wajib dan sifat jaiz Allah.
B. Sifat Wajib Allah
1) Wujud (Ada)
Allah adalah Dzat yang pasti ada. Dia berdiri sendiri, tidak
diciptakan oleh siapapun, dan tidak ada Tuhan selain Allah SWT.
2) Qidam (Terdahulu/Awal)
Dialah sang pencipta yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Maksudnya,
Allah telah ada lebih dulu dari pada apa yang diciptakannya.
3) Baqa’ (Kekal)
Maksudnya Allah maha kekal. Tidak akan punah, binasa, atau mati.
Dia akan tetap ada selamanya.
4) Mukhalafatul Lil Hawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaannya)
Allah sudah pasti berbeda dengan ciptaanya. Dialah dzat yang Maha
Sempurna dan Maha Besar. Tidak ada sesuatupun yang mampu menandingi dan
menyerupai keagunganNya.
5) Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)
Maksudnya Allah
itu berdiri sendiri, tidak bergantung pada apapun dan tidak membutuhkan bantuan
siapapun.
6) Wahdaniyah (Tunggal/ Esa)
Allah maha Esa atau Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah
satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta.
7) Qudrat (Berkuasa)
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang bisa
menandingi kekuasaan Allah Swt.
8) Iradat (Berkehendak)
Apabila Allah berkehendak, maka jadilah hal itu dan tidak ada
seorangpun yang mampu mencegah-Nya.
9)‘Ilmu (Mengetahui)
Allah Swt. Maha Mengetahui atas segala sesuatu, baik yang tampak atau
tidak tampak.
10) Hayat (Hidup)
Allah Swt. adalah Maha Hidup, tidak akan pernah mati, binasa,
ataupun musnah. Dia kekal selamanya.
11) Sama’ (Mendengar)
Allah Maha Mendengar baik yang diucapkan maupun yang disembunyikan
dalam hati.
12) Basar (Melihat)
Allah melihat segala sesuatu. Penglihatan Allah tidak terbatas. Dia
mengetahui apapun yang terjadi di dunia ini.
13) Kalam (Berfirman)
Allah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata secara
sempurna tanpa bantuan dari apapun.
14) Qadiran (Berkuasa)
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta.
15) Muridan (Berkehendak)
Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara, maka tidak ada yang
bisa menolak kehendak-Nya.
16)‘Aliman (Mengetahui)
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Baik yang ditampakan maupun
disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandingi pengetahuan Allah Yang Maha Esa.
17) Hayyan (hidup)
Allah adalah dzat yang hidup. Allah tidak akan mati, tidak akan
tidur ataupun lengah.
18) Sami’an (Mendengar)
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan, ataupun doa
hamba-Nya.
19) Bashiran (Melihat)
Keadaan Allah yang melihat tiap-tiap yang maujud (benda yang ada).
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu
berbuat baik
20) Mutakalliman (Berfirman atau berkata – kata)
Sama dengan Qalam, Mutakalliman juga berarti berfirman. Firman
Allah terwujud lewat kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para Nabi.
C. Sifat Mustahil bagi Allah
1) Adam (Tiada)
Sifat mustahil yang pertama adalah Adam yang berarti tiada. Sifat
ini kebalikan dari wujud yang artinya ada.
2) Huduts (Ada yang mendahului)
Hudust berarti ada yang mendahului, merupakan lawan kata dari
qidam. Tidak mungkin ada yang mendahului keberadaan Allah Azza wa Jalla. Dialah
yang menciptakan alam semesta beserta isinya.
3) Fana (Musnah)
Allah SWT. tidak mungkin musnah. Sebaliknya, Dia bersifat kekal
selama-lamanya.
4) Mumatsalatu lil hawaditsi (Ada yang menyamai)
Allah SWT. adalah dzat yang menciptakan segala sesuatu di bumi dan
alam semesta. Dialah yang Maha Agung. Tidak mungkin ada sesuatu yang menyamai
atau menandingi- Nya.
5) Ihtiyaju lighairihi (Memerlukan yang lain)
Allah SWT. tidak memerlukan yang lain. Dia mampu mewujudkan dan
mengatur segalanya secara sempurna tanpa bergantung pada siapapun.
6) Ta’adud (Berbilangan)
Ta’adud adalah kebalikan dari wahdaniyah yang berarti tunggal.
Allah itu Maha Esa. Tidak mungkin berbilang atau berjumlah lebih dari satu.
Allah SWT. tidak memiliki sekutu, tidak beranak dan tidak diperanakan.
7) Ajzun (Lemah)
Ajzun berarti lemah, merupakan lawan kata dari dari qudrat yang
artinya berkuasa. Jadi Allah tidak mungkin bersifat lemah. Sebaliknya Allah
Azza wa Jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu.
8) Karahah (Terpaksa)
Allah tidak memiliki sifat
terpaksa. Sebaliknya Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Tidak ada yang
bisa melawan ataupun menandingi kehendak dari Allah SWT
9) Jahlun (Bodoh)
Mustahil bagi Allah SWT. bersifat bodoh. Dia menciptakan alam semesta
dengan segala isinya begitu sempurna. Dia tidak membutuhkan bantuan siapapun.
Dan dialah yang Maha Kaya lagi Maha Mengetahui.
10) Mautun (Mati)
Allah tidak akan mati. Dia bersifat kekal. Terus-menerus mengurus
makhluknya Tanpa tidur dan tidak letih sedikitpun.
11) Shamamun (Tuli)
Mustahil Allah bersifat Tuli. Allah SWT. adalah Tuhan yang Maha
Mendengar. Pendengaran Allah meliputi segala sesuatu.
12) Ama (Buta)
Allah SWT. juga tidak buta. Dia Maha Melihat Segala Sesuatu. Tak
ada satu hal pun yang luput dari penglihatan-Nya.
13) Bakamun (Bisu)
Allah SWT. tidaklah Bisu.
Allah berkata dan berfirman dengan sangat sempurna. Tak ada bisa mengalahkan
keindahan firman Allah SWT. Dan salah satu Nabi yang pernah berbicara langsung
dengan Allah adalah Nabi Musa.
14) ‘Ajizan (Zat yang lemah)
Mustahil Allah bersifat lemah. Allah SWT. adalah pencipta alam
semesta dan segala isinya. Dia Maha Kuasa atas semua hal.
15) Karihan (Zat yang terpaksa)
Allah SWT. bukanlah dzat yang terpaksa. Dia Maha Berkehendak atas
segala sesuatu. Hanya berfirman “kun fa yakun” maka jadilah apa yang
dikehendaki oleh Nya.
16) Jahilan (Zat yang sangat bodoh)
Mustahil Allah adalah dzat yang bodoh. Allah Maha Mengetahui dan
Melihat apa-apa yang ditampakkan atau disembunyikan.
17) Mayyitan (Zat yang mati)
Allah tidak mati. Allah
bersifat kekal, tidak musnah dan tidak binasa. Dia tidak pernah tidur. Selalu
mengawasi hamba-hambaNya setiap saat.
18) Ashamma (Zat yang tuli)
Mustahil Allah bersifat tuli. Allah adalah Tuhan yang Maha
Mendengar. Pendengaran Allah tak terbatas dan meliputi segala sesuatu.
19) A’ma (Zat yang buta)
Allah Maha Melihat, tidaklah buta. Dia Maha Sempurna dengan seluruh
keagunganNya.
20) Abkama (Zat yang bisu)
Allah bukanlah dzat yang bisu. Allh berfirman dan firmanNya
tertuang dalam kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para nabi.
D. Sifat Jaiz Allah
Pengertian sifat
jaiz Allah adalah sifat yang mungkin (boleh) ada atau sifat yang mungkin
(boleh) tidak ada pada Allah. Dalam kalimat lain, sifat jaiz ini adalah sifat
yang bisa melekat pada Allah dan bisa pula tidak melekat pada Allah. Sebab
semua adalah berdasarkan kehendak-Nya, maka Allah bisa melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu.
E. Keutamaan Mengenal Nama dan Sifat Allah
1) Mengenal nama dan sifat Allah adalah ilmu yang paling mulia dan
paling utama, yang kedudukannya paling tinggi dan derajatnya paling agung,
karena mulianya ilmu dilihat dari mulianya sesuatu yang dipelajari.
2) Semakin mengenal Allah
berarti semakin mencintai dan mengagungkan-Nya, juga semakin takut, berharap,
ikhlas dalam beramal kepada-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah, maka semakin
ia berserah diri kepada Allah, semakin ia menjalani perintah dan menjauhi larangan-Nya
dengan baik.
3) Allah itu menyukai nama dan sifat-Nya, Allah pun suka jika nama
dan sifat-Nya nampak bekasnya pada makhluk-Nya. Inilah bentuk kesempurnaan
Allah.
4) Iman akan semakin bertambah, semakin mengenal Allah maka akan
semakin merasa bahwa Allah selalu bersamanya.
5) Manusia diciptakan untuk menyembah Allah semata dan
mengenal-Nya.
6. Menenangkan jiwa dan
melapangkan hati. Juga ia akan merindukan surga Firdaus, hingga rindu melihat
wajah Allah yang mulia.
7). Menguatkan iman.

A. TAUBAT
1. Pengertian Taubat
Secara bahasa
taubat berasal dari bahasa Arab yang bermakna kembali. Dia bertaubat, artinya dia kembali dari
dosanya (berpaling dan menarik diri dari dosa). Taubat adalah kembali kepada
Allah Swt. dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus menerus
melakukan dosa lalu melaksanakan semua hak Allah. Secara Syar’i, taubat adalah
meninggalkan dosa karena takut pada Allah, menganggapnya buruk, menyesali
perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan memperbaiki
apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya.
2.
Hakikat Taubat
Hakikat taubat yaitu
perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi, lalu
mengarahkan hati kepada Allah pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa.
Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat.
3.
Syarat-syarat Taubat
a. Islam,
karena orang yang kafir tidak diampuni dosanya sebelum masuk Islam
b. Menyesali
dosanya
c. Menyadari
kesalahan (mengakui dosanya)
d. Ikhlas
melakukannya, bukan untuk tujuan riya’
atau kepentingan dunia
e. Memohon
ampun kepada Allah dengan memperbanyak membaca istighfar
f. Berjanji
tidak akan mengulangi.
g. Menutupi
kesalahan dengan perbuatan yang baik
h. Masa taubat sebelum nafas sampai di tenggorokan dan sebelum
matahari terbit dari sebelah barat
i. Memperbanyak istighfar sebagaimana Rasulullah tiap hari
bertaubat dengan membaca istighfar seratus kali dan rajin sholat taubat
j. Jika
perbuatan dosanya itu ada hubungannya dengan orang lain, maka di samping syarat
tersebut di atas, ditambah satu syarat lagi, yaitu harus ada pernyataan
bebas dari hak kawan yang dirugikan.
Jika berupa harta maka dikembalikan hartanya, jika berupa tuduhan, ghibah,
fitnah, mencaci dan lain-lain maka harus mohon maaf.
4. Kedudukan
Taubat
a. Taubat
adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah.
b. Taubat
merupakan sebab keberuntungan
c. Taubat
menjadi sebab-sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya
e.Taubat
merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari api neraka
f. Taubat
adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat
g. Taubat
merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan
h. Taubat
menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan
i. Taubat
adalah untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar
j. Taubat
merupakan sebab turunnya barokah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan
k. Menjadi
sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat
m. Menjadi
sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
n. Taubat akan
memotivasi seseorang untuk amar ma’ruf nahi mungkar, beramal saleh, hidup
jujur, disiplin dan bertanggung jawab
BAB IV
Memahami Adab terhadap Orang Tua Dan Guru
1.
Dalil
Naqli Perintah Menghormati Orang Tua
”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (
Al-Isro :23)
“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizku,
maka berbaktilah
pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat)”
(HR. Ahmad)
Ada beberapa hal yang ditegaskan pada ayat diatas, yaitu :
ü Agar manusia tidak menyembah atau beribadah kepada Tuhan selain
Allah Swt. Termasuk larangan mempercayai ada kekuatan lain yang mempengaruhi
dan menguasai jiwa dan raga selain yang datang dari Allah.
ü Agar manusia berbuat baik
kepada ibu dan bapak. Perintah berbuat baik kepada orang tua disampaikan oleh
Allah bersamaan atau sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah. Hal ini
tentu mengandung maksud agar manusia mengerti dan menyadari bahwa betapa
pentingnya berbuat baik terhadap orang tua.
ü Nikmat yang diterima manusia paling banyak datangnya dari Allah
Swt, kemudian nikmat yang diterima dari orang tua. Oleh karena itu, kewajiban
anak adalah berterima kasih kepada orang tua. Bentuk terima kasih tersebut
adalah dengan cara berbuat baik kepada keduanya.
2.
Adab terhadap Orang Tua
Ada beberapa sebab mengapa Allah Swt. memerintahkan kepada
manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yaitu:
ü
Orang
tua telah berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan
diterimanya. Seorang ibu dengan sepenuh daya upaya telah memberikan kasih
sayang tanpa menginginkan balas budi dari anaknya.
ü
Kasih
sayang orang tua tiada taranya, karena beliau tidak mengenal lelah dan bersusah
payah memperhatikan anak-anaknya supaya menjadi anak yang bahagia.
ü Anak adalah belahan jiwa ibu bapak,
terutama ibu. Biasanya tidak akan makan sebelum anaknya makan, ibu tidak akan
tidur sebelum anak-anaknya tidur, dan jika anak sakit maka ibu yang paling
susah sehingga tidak bisa tidur dan tidak enak makan.
Lalu bagaimana cara kita
berbakti kepada kedua orang tua? Berikut dipaparkan prinsip prinsip dasar
berbakti kepada kedua orang tua.
ü
Tunduk
dan Patuh.
ü
Dilarang
berkata kasar. Membentak, misalnya berkata “hus/ah” dan kata-kata
sejenisnya termasuk ungkapan yang tidak baik.
ü
Berbuat
baik. Apabila orang tua atau salah satunya mencapai usia lanjut kita harus
berbuat baik kepadanya, sebagaimana orang tua merawat kita pada saat kita masih
kecil.
ü
Berusaha
menyenangkan orang tua dan menghindari hal-hal yang menyusahkan hati kedua orang
tua selama tidak bertentangan dengan kewajiban kepada Allah dan rasulNya.
ü
Kita
dilarang durhaka kepada kedua orang ibu bapak, karena termasuk dosa besar.
ü
Bersikap
santun, berjalanlah di belakang orang tua, kecuali dalam hal tertentu,
dengarkanlah pembicaraannya dan jangan menyela pembicaraannya
ü
Jika
orang tua kita sudah wafat, maka kewajiban kita adalah sebagai berikut.
a) Meneruskan perjuangannya
b)
Senantiasa
menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang pernah menjadi teman karib orang
tua kita
c)
Memandikan,
mengkafani, menshalati dan menguburnya
d)
Memohonkan
ampun untuk mereka dan senantiasa mendoakannya
e)
Melaksanakan
wasiatnya (yang baik) jika berwaris
f)
Melunasi
tanggungan/ hutang-hutangnya jika punya hutang
3.
Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua
ü
Dibukakan
dua pintu surga. Tidak ada seorang mukmin yang mempunyai dua orang tua, dimana
pada waktu pagi ia berbuat baik kepadanya, melainkan Allah membukakan dua pintu
surga kepadanya.
ü
Lebih
utama dari pada berjihad di jalan Allah
ü
Rida
Allah ada di dalam ridho orang tua. Murka Alah ada di dalam murka orang tua.
Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi ia tidak bersyukur pada orang
tua, maka syukurnya tidak diterima.
ü
Dimudahkan
rejekinya. Dan barang siapa meninggalkan doa kepada orang tua, maka disempitkan
rejekinya
ü
Dimudahkan
segala urusannya baik urusan dunia maupun akhirat
4.
Memahami Adab terhadap Guru
“Tidak termasuk
golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang
berilmu (agar
diutamakan pandangannya).” (HR. Ahmad).
Sebab-sebab kita wajib menghormati guru adalah sebagai berikut.
ü
Guru
adalah orang yang banyak berjasa kepada kita
ü
Guru
merupakan orang tua kedua
ü
Guru
yang telah membuat kita dari belum tahu menjadi tahu, belum bisa menjadi bisa
ü Tanpa guru hidup kita akan buta
Berikut yang
termasuk tata cara menghargai dan menghormati guru.
ü Jika bertemu dengan guru ucapkanlah salam
ü Khusnudhan pada apapun yang dilakukan guru
ü Memperhatikan dengan wajah menyenangkan dan penuh semangat saat
guru memberikan pelajaran
ü Rendah hati dan hormat,
ü Mentaati perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan
ajaran agama
ü Ikhlas dalam menerima teguran dan nasihat guru
ü Senantiasa menjaga nama baik guru, tidak menceritakan aib atau
kesalahan guru
ü Mengunjungi guru jika ia sedang sakit atau mendapat musibah
ü Memandang guru dengan pandangan memuliakan. KH. Hasyim Asy’ari
berkata tidak diperbolehkan bagi pelajar memandang remeh gurunya. Merasa ia lebih
pandai dari pada gurunya
ü Tidak melupakan jasa-jasa guru
ü Sabar menghadapi gurunya
5.
Keutamaan Berbakti pada Guru
ü
Mudah
menerima pelajaran
ü
Mendapat
ilmu yang bermanfaat
ü
Masa
depannya cemerlang
ü
Kelak
menjadi orang hebat bermartabat
ü
Hatinya
tenang, tenteram, pikirannya cerah, cahaya ilmu mudah masuk
ü
Diangkat
derajatnya oleh Allah
ü
Barakah
ilmunya, rejekinya dan hidupnya
BAB V
KISAH TELADAN NABI LUTH
1.
Dalil Naqli Dasar Kisah Nabi Luth As.
Nabi Luth adalah salah satu
nabi yang diutus untuk negeri Sodom dan Gomarah (Amurah). Beliau ditugaskan
berdakwah di Sadum, Syam, Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali dalam
al-Qur’an. Berikut diantara Firman Allah tentang kisah Nabi Luth dalam berjuang
terhadap kaumnya:
“Dan
kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia
dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota, yang mengerjakan perbuatan
keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, dan Kami masukkan
dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang
yang saleh.”(QS. al-Anbiya’ [21]: 74-75)
2.
Kisah
Nabi Luth
Masyarakat
Sodom adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak
mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan
kemungkaran merajalela, kaum yang sangat keji dan buruk dalam tingkah lakunya,
yang senang melakukan hubungan bersenggama antar sesama yang di sebut
(homoseks) bagi pria dan (lesbian) bagi perempuan. Selain itu mereka bayak
melakukan perampokan, mencuri, berjudi serta beraneka ragam kejahatan lainya.
Kegiatan seks keji ini mereka menganggapnya biasa saja dan hal yang wajar
dilakukan untuk melampiaskan nafsunya. Seolah-olah mereka terjebak dalam
kesesatan yang nyata tanpa memperdulikan apapun.
”Kaum
Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Luth, berkata
kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang
rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku.” (QS. ash-Shu’ara’[26]: 160-163)
Hari
demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth terus
berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman
kepadanya kecuali keluarganya. Bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya
Nabi
luth berjuang menasehati mereka tanpa lelah.
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth
beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih." (QS. an-Naml
[27]: 56).
Akhirnya
Allah menurunkan azab kepada mereka dengan mengutus malaikat menghancurkan
segala nikmat yang Allah berikan kepada mereka, dengan cara mengutus malaikat
untuk datang ke rumah Luth menyerupai lelaki yang cukup tampan. Lelaki tampan
ini mengetuk pintu rumah Nabi Luth dan mengucapkan salam. Ketika Nabi Luth
membukakan pintu, Nabi Luth heran dengan pemuda ini yang ia tidak kenal
berkunjung ke tempatnya. Dalam hati Nabi Luth bertanya kepada dirinya sendiri,
ada perlu apakah pemuda ini bertamu kerumahnya sekaligus Nabi Luth khawatir
dengan ketampanannya itu menyebabkan penduduk di sini bisa berbuat keji kepada
pemuda ini nantinya kata Nabi Luth dalam hati.
Pemuda
ini tidak memberitahu sama sekali kepada Nabi Luth bahwa dia ini adalah
malaikat yang menyamar sebagai seorang pemuda yang tampan. Kemudian hal yang
tidak di inginkan Nabi Luth terjadi, para lakilaki yang ada disana langsung
berbondongbondong ke tempatnya Nabi Luth untuk menyaksikan lelaki tampan
tersebut sekaligus untuk mengajaknya berbuat keji yaitu berhomoseks. Nabi luth
ketika itu langsung melindungi pemuda ini dari para lelaki yang ingin berbuat
keji kepadanya, namun karena terlalu banyaknya laki-laki, Nabi Luth sangat
kewalahan menghadapi mereka
Maka
turunlah azab atas dirinya, bersama semua kaum Luth yang ingkar itu. ”Maka
tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke
bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang
terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan
siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS.Hud
[11]: 82-83). Demikianlah, akhir dari kisah istri luth dan kisah penduduk
Sodomi yang telah melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh
penduduk bumi sebelumnya karena mereka melampiaskan nafsu dengan mendatangi
lelaki (sodomi), bukannya mendatangi wanita. Akhir kisah yang menyedihkan dari
istri luth dan penduduk sodomi yang ditimpa azab yang amat pedih. Istri nabi
luth ikut terkena azab karena dia mengingkari ajaran yang di bawakan suaminya
(Nabi Luth). Adapun sang anak mereka selamat dari azab, karena mengikuti ajaran
ayahnya. Kini mereka yang selamat hidup rukun dan hidup sesuai dengan ajaran
islam serta menyebarkannya.
3.
Pesan
Moral dan Hikmah dari Cerita Kisah Nabi Luth As
ü Kegigihan Nabi Luth berdakwah mengajak
kaum Sodom untuk meninggalkan perilaku yang merusak patut kita jadikan teladan.
ü Tabah dalam menghadapi hujatan dari
kaumnya,
ü Tetap bertanggungjawab mengemban tugas
menyampaikan risalahnya
ü Sabar dalam menghadapi ujian cobaan baik yang datang dari kaumnya
ataupun dari istrinya sendiri yang justru membangkang pada dakwahnya.
ü Peduli ketika memikirkan malaikat yang menyamar sebagai seorang
pemuda, dikhawatirkan keselamatannya dari nafsu para kaumnya.
ü Cobaan dan rintangan dalam berdakwah bisa datang dari manapun,
termasuk keluarga dekat seperti istri Nabi Luth malah menjadi penghalang dakwah
Nabi Luth.
ü Siksa atau azab yang menimpa komunitas manusia tentu bukan salah
dan kemauan Allah, tetapi oleh karena perilaku anggota masyarakat itu sendiri.
4.
Ibrah
ü Perbuatan homoseksual (pria atau wanita penyuka sejenis) disebut
fahisyah (alAnkabut 28) Menurut Muhammad al-Hijaz dalam at-Tafsir al-wadhih,
esensi fahisyah itu adalah perbuatan yang sangat keji, buruk, menjijikan dan
sangat membahayakan. Bahkan saking keji dan nistanya, Allah memberi sifat kaum
homoseksual tersebut dengan tiga sifat yaitu kaum yang bodoh, kaum yang
melampaui batas kemungkaran dan kaum yang melampaui batas aturan Allah.
ü Perilaku lesbian dan gay kaum Luth As itu disebut mungkar (ditolak
keras, tidak bisa diterima norma agama, etika, atau hukum), bahkan kaum Nabi
Luth menantang nabinya untuk meminta didatangkan azab Allah Swt.
ü Perilaku kaum nabi Luth itu dinilai
Zalim, baik zalim pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Banyak riset
menunjukkan timbulnya penyakit aids adalah karena hubungan seksual sesama
jenis, melalui perilaku seks anal (dubur) yang oleh Nabi Saw. secara tegas
dilarang.
ü Perilaku kaum nabi Luth itu dinilai Zalim, baik zalim pada dirinya
sendiri ataupun orang lain. Banyak riset menunjukkan timbulnya penyakit aids
adalah karena hubungan seksual sesama jenis, melalui perilaku seks anal (dubur)
yang oleh Nabi Saw. secara tegas dilarang.
ü Perilaku kaum Nabi Luth itu musrif artinya sungguh
keterlaluan, atau melampaui batas kepatutan dan kewajaran (abnormal), hewan
yang tidak punya akal saja tidak ada yang menyukai sesama jenis. Artinya
perilaku kaum Nabi Luth itu lebih hina dari pada perilaku hewan.
ü Perilaku kaum Nabi Luth itu dinilai Mufsid (merusak),
merusak tujuan dan fungsi pernikahan yaitu reproduktif secara sehat dan halal
sekaligus merusak spiritual dan masa depan manusia.
ü Karena keji dan nistanya perbuatan homoseksual, maka Allah
menurunkan siksa kepada mereka enam siksaan sebagai berikut. 1) Allah
menurunkan hujan batu 2) Allah membutakan mata mereka 3) Allah membalikkan
negeri mereka sehingga tanah menjadi atap dan atap menjadi tanah 4) Allah
menurunkan hujan sangat dahsyat dan hebat 5) Allah menurunkan suara keras yang
sangat menggelegar 6) Allah menurunkan angin yang sangat kencang yang membawa
bebatuan
Semua itu Allah jelaskan agar apa yang terjadi dengan kaum Nabi
Luth As tidak terulang lagi pada masa-masa setelahnya. Karena itu, di
penghujung kisah Nabi Luth As Allah menegaskan bahwa semua itu sejatinya
menjadi pelajaran bagi orang orang yang selalu mengambil pelajaran, juga bagi
orang-orang yang beriman

0 comments:
Posting Komentar