Just another free Blogger theme

adst


Pengikut

https://rppguruman2022.blogspot.com/

Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Agustus 2024

 


 

 

 


 

 

              CONTOH MODUL AKIDAH X TERBARU KURMER











 

 

 

1. Hubb Al-Dunya

a. Dalil Naqli

Hubb al-dunya merupakan akhlak tercela yang harus dihindari,sebagaimana firman Allah:

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga- banggaan tentang banyaknya harta dan anak”(QS. al-Hadid [57]:20).

b. Pengertian Hubb Al-Dunya

Hubb  al-dunya adalah cinta dunia  yang berlebihan. Hubb al-dunya adalah sumber kehancuran umat. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat melemahkan dan menggerus keimanan seseorang. Yang dimaksud hubb al-dunya di sini adalah mencintai dunia dengan melupakan kehidupan akhirat. Maksud dunia disini adalah segala sesuatu yang kurang bermanfaat di akhirat.

c. Penyebab Hubb al-dunya

1) Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kehidupan akhirat.

2) Suka mengumpulkan harta dengan menghalalkan berbagai macam cara.

3) Kikir terhadap harta, tidak rela hartanya terlepas dari dirinya.

4) Serakah dan rakus serta tamak. Selalu ingin mengumpulkan harta walaupun sudah memiliki.

5) Tidak mau mensyukuri nikmat Allah.

 

 d. Dampak Negatif

1) Cinta dunia akan membuat mereka lalai kepada Allah.

2) Mereka yang begitu mencintai dunia akan mudah tergoyah imannya.

3) Sebagai sumber penyakit, cinta dunia sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap hartanya dan di dalam harta terdapat banyak penyakit, antara lain tamak, rakus, pamer, dengki dan lain-lain.

4) Menghalalkan segala cara demi memperoleh kesenangan dunianya.

5) Membuat seseorang tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya di akhirat

 

e. Cara Menghindari

1) Mengingat bahwa kehidupan dunia itu hanya sementara. Islam tidak memerintahkan umatnya meninggalkan dunia, tetapi diperintahkan untuk menaklukkan dunia dalam genggamannya, bukan dalam hatinya.

2) Memperbanyak mengingat kematian.

3) Qana’ah yaitu merasa cukup terhadap yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas terhadap harta.

4) Mengingat bahwa apa yang kita lakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat.

2. Hasad

a. Dalil Naqli

Allah berfirman:

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. ali- Imran [3]: 120)

 b. Pengertian

Hasad adalah penyakit hati ketika seseorang merasa tidak senang jika orang lain menerima karunia dari Allah. Hasad secara bahasa berarti dengki atau benci. Menurut istilah hasad adalah membenci nikmat Allah Swt. yang dianugerahkan kepada orang lain, serta menginginkan agar nikmat tersebut segera hilang atau terhapus dari orang lain.

Nikmat yang dikaruniakan oleh Allah Swt. kepada hamba-Nya tidak sama. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa harta benda, ada yang dikaruniai nikmat berupa anak, kecerdasan, kecantikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi manusia yang mempunyai perilaku hasad merasa tidak senang jika orang lain menerima karunia-Nya.

c. Sebab-sebab

Ada dua sebab utama yang membuat seseorang berlaku hasad,  yang pertama adanya rasa permusuhan dan kebencian kepada seseorang. Yang kedua adanya sifat takabur atau sombong yakni merasa diri sendiri yang paling baik, paling benar atau paling hebat.  Dari sifat dan sikap seperti ini seseorang tidak suka terhadap keberhasilan dan kemajuan yang dicapai orang lain.

d. Dampak Negatif Hasad

1) Menghanguskan amal kebaikan

2 Merasa senang jika orang lain tertimpa musibah

3) Memutus tali silaturahmi

4) Hilangnya ketenangan dan kebahagiaan

5) Tidak dapat menyempurnakan iman

 

e. Cara Menghindari Perilaku Hasad

1) Memperbanyak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.

2) Menanamkan kesadaran bahwa sifat hasad akan membawa seseorang menderita batin

3) Berfikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita

4) Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari dengki itu adalah permusuhan dan permusuhan akan membawa petaka.

5) Memelihara sikap rendah hati, tidak sombong atau membanggakan diri, dan meyakini bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah Swt. sehingga kita tidak perlu merasa tersaingi apabila orang lain mendapatkan suatu kenikmatan dari Allah.

6) Saling mengingatkan dan saling menasehati

7) Bersikap realistis melihat kenyataan

8) Mempunyai pendirian dan tidak mudah terprovokasi

9) Senantiasa ingat pada Allah dan meminta perlindunngan kepada-Nya agar terhindar dari sifat hasad.

3. Ujub

a. Dalil Naqli

Rasulullah Saw. bersabda :

Tiga perkara yang membawa kepada kehancuran: pelit, mengikuti hawa nafsu, dan suka membanggakan diri. “(HR. ath-Thabari, hadits Hasan).

b. Pengertian Ujub

Secara bahasa (etimologi), ’Ujub, berasal dari kata ajaba yang artinya kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bi al-Nafs  berarti kagum pada diri sendiri. Yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.

Secara istilah dapat kita pahami bahwa ’ujub yaitu suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan diri. Imam Ghozaly menuturkan, “Perasaan ’ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaan kepada Allah.”

c. Sebab-sebab

1) Banyak dipuji orang. Pujian seseorang secara langsung kepada orang lain, dapat menimbulkan perasaan ’ujub dan egois pada diri orang yang dipujinya.

2) Banyak meraih kesuksesaUn. SJeIseoPranUg yBangLseIlaKlu sukses dalam meraih cita-cita dan usahanya akan mudah dirasuki perasaan ujub.

3) Kekuasaan. Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan bertindak tanpa ada protes dari orang di sekelilingnya, dan banyak orang yang kagum dan memujinya.

4) Mempunyai intelektual dan kecerdasan yang tinggi

5) Memiliki kesempurnaan fisik. Orang yang cantik, postur tubuh ideal, tampan dan ia memandang kelebihan yang ada pada dirinya, serta lupa akan keberadaannya sebagai manusia maka akan cenderung ujub.

 

d. Dampak Negatif

1) Ujub akan membawa ke arah kesombongan (kibar), karena ujub merupakan salah satu sebab timbulnya kesombongan dan hal itu memberikan pengaruh negatif yang sangat banyak.

2) Meremehkan dosa dihadapan Allah, karena merasa ibadahnya sudah sempurna.

3) Melupakan nikmat itu pemberian dari Allah karena merasa bahwa keberhasilannya itu merupakan hasil usahanya sendiri bukan pemberian Allah

4) Tidak takut azab dan kemurkaan Allah karena ia meyakini bahwa ia telah mendapat kedudukan mulia di sisi Allah.

 5) Menggugurkan pahala, karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya.

6) Enggan bermusyawarah dan berdiskusi dengan yang lain, juga enggan bertanya mengenai hal yang tidak diketahui. Ia lebih senang pada pendapatnya sendiri.

7) Hilangnya rasa saling menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya dan menanamkan kebencian.

8) Enggan menerima nasehat orang lain karena menganggap orang lain lebih bodoh.

 

e. Cara Menghindari

1) Selalu mengingat akan hakikat diri. Nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah dari Allah. Andaikata Allah tiba-tiba mengambilnya, maka badannya tidak ada harganya sama sekali.

2) Sadar akan hakikat dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat menanam amal shaleh untuk kebahagiaan di akhirat.

3) Menyadari bahwa sesungguhnya nikmat itu pemberian dari Allah, bukan semata-mata

hasil usahanya. Ilmu, hartUa, kJesIehaPtanUseBmuaLitIu Khanyalah titipan  dari Allah

4) Selalu ingat akan kematian dan kehidupan setelah mati

5) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat Ujub.

6) Berusaha mau bekerja sama dan hidup saling menghargai

 

4. Sombong                         

a. Dalil Naqli

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.”(QS. al- A’raf [7]: 146)

Rasulullah Saw. bersabda:

 Tidak akan masuk surga seseorang yang di  hatinya terdapat kesombongan sebesar buah dzarrah.”(HR. Bukhari).

 b.Pengertian Sombong (Takabur)

Sombong (takabur) artinya adalah membanggakan diri sendiri. ”Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR. Muslim). Syaikh Muhammad  Shalih al-Utsaimin dalam bukunya, ”Halal Haram dalam Islam”, mencontohkan beberapa sikap sombong, diantaranya membantah guru, memperpanjang pembicaraan, serta menunjukkan adab buruk kepadanya. Bentuk kesombongan lain adalah menganggap rendah orang yang telah memberikan masukan kepadamu hanya karena dia berasal dari kalangan yang lebih rendah darimu.

Sombong itu merupakan anak dari ujub, akar dari sombong itu adalah ujub. Jadi, ujub itu melahirkan sombong. Terdapat perbedaan antara ujub dengan sombong. Adapun Ujub tidak memerlukan orang lain, sedangkan sombong membutuhkan orang lain sebagai pembandingnya. Islam melarang dan mencela sikap sombong. Allah berfirman:

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.Luqman [31]: 18)

c. Sebab-sebab

1) Merasa apa yang diucaUpkaJn IbenPar,UsehBingLgaImKenganggap orang lain salah

2) Gila pujian. Jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang bukan main dan bertambah keangkuhannya.

3) Merasa banyak ilmu, banyak harta. Namun lebih fatalnya, ada orang tidak kaya tetapi dia bersikap sombong. Rasulullah Saw. bersabda: ”orang fakir yang berlaku sombong termasuk orang-orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah juga tidak akan menyucikan, tidak akan memandang mereka , dan bagi mereka azab yang pedih.” (HR. Muslim)

4) Amal dan ibadah. Ia merasa nanti hidupnya selamat sampai di akhirat sedangkan orang lain dianggap tidak selamat.

5) Karena nasab (garis keturunan) dan kelebihan fisik yang dimiliki

 

d. Dampak Negatif

1) Menjadi penghalang masuk surga, karena tidak memiliki akhlak seorang mukmin. Akhak mukmin adalah pintu surga dan kesombongan penutup pintu surga.

2) Mendapatkan hukuman di dunia karena kesombongannya.

3) Membuat orang lain membenci perilakunya

 

e. Cara Menghindari

1) Meningkatkan ibadah kepada Allah

2) Meningkatan keimanan dan ketakwaan

3) Menyadari dosa yang akan menimpa pada orang sombong

4) Mengganti dengan berperilaku tawadu’

5) Ikhlas dalam melakukan perbuatan

6) Menyadari segala kekurangan sebagai manusia

7) Menyadari bahwa hidup ini hanya sementara

 

5.Riya’

a.Dalil Naqli

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.” (QS. al-Baqarah [2]: 264).

b. Pengertian

Pengertian  riya’  menurut  bUahaJsaIbPeraUsal BdaLri  IkaKta   al-Riya’u  yang  artinya menampakkan. Yaitu memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. Secara istilah riya’ adalah melakukan ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Menurut Imam Ghazaly riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapatkan pujian atau penghargaan. Salah satu sifat yang erat kaitannya dengan riya’ adalah sum’ah yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikannya kepada orang lain.

c. Sebab-sebab

1) Terlalu dikagumi orang lain

2) Lari dari celaan

3) Rakus akan apa yang diperoleh/ terdapat pada orang lain

4) Ambisi mendapatkan kedudukan atau kepemimpinan

5) Senang karena lezatnya pujian orang lain

6) Lalai akan dampak buruk riya’

 

d. Dampak Negatif

1) Riya’ lebih berbahaya dari pada fitnah Dajjal

2 Nilai amal saleh hilang.

3) Riya’ adalah syirik khofi (tersembunyi)

4) Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.

5) Akan merasa hampa dan kecewa apabila perhatian dan pujian yang ia harapkan ternyata tidak didapatnya.

6) Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila hormat

7) Bisa menimbulkan pertengkaran bila ia mengungkit-ungkit kebaikannya pada orang lain.

8) Lebih sangat merusak dari pada serigala menyergap domba

9) Menjadi sebab azab di neraka

10) Menambah kesesatan seseorang

e. Cara Menghindari.

1) Memperbaiki niat ibadah semata-mata karena Allah

2) Menghindari sikap suka memamerkan perbuatan baik

3) Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan

4) Meningkatkan kekhusyukan dalam beribadah

5) Mengingat bahaya perilaku riya’

6) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’

7) Hidup sederhana

 

 

 

                                                                

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A. Pengertian Sifat Wajib dan Sifat Jaiz Allah

            Allah adalah Dzat yang Maha Sempurna dan yang Maha Agung. Allah Dzat-Nya adalah tunggal, tidak terdiri dari unsur-unsur dan bagian-bagian dan tidak ada suatu apa pun yang serupa dengan-Nya. Dan karena itu manusia dilarang berpikir tentang Dzat Allah karena tidak dapat mengetahuinya. Manusia dipanggil untuk menggunakan akalnya bagi memikirkan alam ini dan segala isinya, tidak untuk memikirkan Dzat Allah yang gaib itu dan tidak ada yang serupa dengan-Nya.

            Sedangkan sifat jaiz Allah adalah adalah sifat yang mungkin (boleh) ada atau sifat yang mungkin (boleh) tidak ada pada Allah. Selanjutnya kita akan mengkaji dua sifat Allah, yaitu sifat wajib dan sifat jaiz Allah.

B. Sifat Wajib Allah

1) Wujud (Ada)

Allah adalah Dzat yang pasti ada. Dia berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapapun, dan tidak ada Tuhan selain Allah SWT.

2) Qidam (Terdahulu/Awal)

Dialah sang pencipta yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Maksudnya, Allah telah ada lebih dulu dari pada apa yang diciptakannya.

3) Baqa’ (Kekal)

Maksudnya Allah maha kekal. Tidak akan punah, binasa, atau mati. Dia akan tetap ada selamanya.

4) Mukhalafatul Lil Hawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaannya)

            Allah sudah pasti berbeda dengan ciptaanya. Dialah dzat yang Maha Sempurna dan Maha Besar. Tidak ada sesuatupun yang mampu menandingi dan menyerupai keagunganNya.

5) Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)

            Maksudnya Allah itu berdiri sendiri, tidak bergantung pada apapun dan tidak membutuhkan bantuan siapapun.

 6) Wahdaniyah (Tunggal/ Esa)

Allah maha Esa atau Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta.

 

7) Qudrat (Berkuasa)

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah Swt.

8) Iradat (Berkehendak)

Apabila Allah berkehendak, maka jadilah hal itu dan tidak ada seorangpun yang mampu mencegah-Nya.

9)‘Ilmu (Mengetahui)

Allah Swt. Maha Mengetahui atas segala sesuatu, baik yang tampak atau tidak tampak.

10) Hayat (Hidup)

Allah Swt. adalah Maha Hidup, tidak akan pernah mati, binasa, ataupun musnah. Dia kekal selamanya.

11) Sama’ (Mendengar)

Allah Maha Mendengar baik yang diucapkan maupun yang disembunyikan dalam hati.

12) Basar (Melihat)

Allah melihat segala sesuatu. Penglihatan Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apapun yang terjadi di dunia ini.

13) Kalam (Berfirman)

Allah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata secara sempurna tanpa bantuan dari apapun.

14) Qadiran (Berkuasa)

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta.

15) Muridan (Berkehendak)

Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara, maka tidak ada yang bisa menolak kehendak-Nya.

16)‘Aliman (Mengetahui)

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Baik yang ditampakan maupun disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandingi pengetahuan Allah Yang Maha Esa.

17) Hayyan (hidup)

Allah adalah dzat yang hidup. Allah tidak akan mati, tidak akan tidur ataupun lengah.

 

18) Sami’an (Mendengar)

Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan, ataupun doa hamba-Nya.

19) Bashiran (Melihat)

Keadaan Allah yang melihat tiap-tiap yang maujud (benda yang ada). Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik

20) Mutakalliman (Berfirman atau berkata – kata)

Sama dengan Qalam, Mutakalliman juga berarti berfirman. Firman Allah terwujud lewat kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para Nabi. 

C. Sifat Mustahil bagi Allah

1) Adam (Tiada)

Sifat mustahil yang pertama adalah Adam yang berarti tiada. Sifat ini kebalikan dari wujud yang artinya ada.

2) Huduts (Ada yang mendahului)

Hudust berarti ada yang mendahului, merupakan lawan kata dari qidam. Tidak mungkin ada yang mendahului keberadaan Allah Azza wa Jalla. Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya.

3) Fana (Musnah)

Allah SWT. tidak mungkin musnah. Sebaliknya, Dia bersifat kekal selama-lamanya.

4) Mumatsalatu lil hawaditsi (Ada yang menyamai)

Allah SWT. adalah dzat yang menciptakan segala sesuatu di bumi dan alam semesta. Dialah yang Maha Agung. Tidak mungkin ada sesuatu yang menyamai atau menandingi- Nya.

5) Ihtiyaju lighairihi (Memerlukan yang lain)

Allah SWT. tidak memerlukan yang lain. Dia mampu mewujudkan dan mengatur segalanya secara sempurna tanpa bergantung pada siapapun.

6) Ta’adud (Berbilangan)

Ta’adud adalah kebalikan dari wahdaniyah yang berarti tunggal. Allah itu Maha Esa. Tidak mungkin berbilang atau berjumlah lebih dari satu. Allah SWT. tidak memiliki sekutu, tidak beranak dan tidak diperanakan.

7) Ajzun (Lemah)

Ajzun berarti lemah, merupakan lawan kata dari dari qudrat yang artinya berkuasa. Jadi Allah tidak mungkin bersifat lemah. Sebaliknya Allah Azza wa Jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu.

8) Karahah (Terpaksa)

 Allah tidak memiliki sifat terpaksa. Sebaliknya Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa melawan ataupun menandingi kehendak dari Allah SWT

9) Jahlun (Bodoh)

Mustahil bagi Allah SWT. bersifat bodoh. Dia menciptakan alam semesta dengan segala isinya begitu sempurna. Dia tidak membutuhkan bantuan siapapun. Dan dialah yang Maha Kaya lagi Maha Mengetahui.

10) Mautun (Mati)

Allah tidak akan mati. Dia bersifat kekal. Terus-menerus mengurus makhluknya Tanpa tidur dan tidak letih sedikitpun.

11) Shamamun (Tuli)

Mustahil Allah bersifat Tuli. Allah SWT. adalah Tuhan yang Maha Mendengar. Pendengaran Allah meliputi segala sesuatu.

12) Ama (Buta)

Allah SWT. juga tidak buta. Dia Maha Melihat Segala Sesuatu. Tak ada satu hal pun yang luput dari penglihatan-Nya.

13) Bakamun (Bisu)

 Allah SWT. tidaklah Bisu. Allah berkata dan berfirman dengan sangat sempurna. Tak ada bisa mengalahkan keindahan firman Allah SWT. Dan salah satu Nabi yang pernah berbicara langsung dengan Allah adalah Nabi Musa.

14) ‘Ajizan (Zat yang lemah)

Mustahil Allah bersifat lemah. Allah SWT. adalah pencipta alam semesta dan segala isinya. Dia Maha Kuasa atas semua hal.

15) Karihan (Zat yang terpaksa)

Allah SWT. bukanlah dzat yang terpaksa. Dia Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Hanya berfirman “kun fa yakun” maka jadilah apa yang dikehendaki oleh Nya.

16) Jahilan (Zat yang sangat bodoh)

Mustahil Allah adalah dzat yang bodoh. Allah Maha Mengetahui dan Melihat apa-apa yang ditampakkan atau disembunyikan.

17) Mayyitan (Zat yang mati)

 Allah tidak mati. Allah bersifat kekal, tidak musnah dan tidak binasa. Dia tidak pernah tidur. Selalu mengawasi hamba-hambaNya setiap saat.

18) Ashamma (Zat yang tuli)

Mustahil Allah bersifat tuli. Allah adalah Tuhan yang Maha Mendengar. Pendengaran Allah tak terbatas dan meliputi segala sesuatu.

19) A’ma (Zat yang buta)

Allah Maha Melihat, tidaklah buta. Dia Maha Sempurna dengan seluruh keagunganNya.

20) Abkama (Zat yang bisu)

Allah bukanlah dzat yang bisu. Allh berfirman dan firmanNya tertuang dalam kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para nabi.

 D. Sifat Jaiz Allah

            Pengertian sifat jaiz Allah adalah sifat yang mungkin (boleh) ada atau sifat yang mungkin (boleh) tidak ada pada Allah. Dalam kalimat lain, sifat jaiz ini adalah sifat yang bisa melekat pada Allah dan bisa pula tidak melekat pada Allah. Sebab semua adalah berdasarkan kehendak-Nya, maka Allah bisa melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

E. Keutamaan Mengenal Nama dan Sifat Allah

1) Mengenal nama dan sifat Allah adalah ilmu yang paling mulia dan paling utama, yang kedudukannya paling tinggi dan derajatnya paling agung, karena mulianya ilmu dilihat dari mulianya sesuatu yang dipelajari.

 2) Semakin mengenal Allah berarti semakin mencintai dan mengagungkan-Nya, juga semakin takut, berharap, ikhlas dalam beramal kepada-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah, maka semakin ia berserah diri kepada Allah, semakin ia menjalani perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan baik.

3) Allah itu menyukai nama dan sifat-Nya, Allah pun suka jika nama dan sifat-Nya nampak bekasnya pada makhluk-Nya. Inilah bentuk kesempurnaan Allah.

4) Iman akan semakin bertambah, semakin mengenal Allah maka akan semakin merasa bahwa Allah selalu bersamanya.

5) Manusia diciptakan untuk menyembah Allah semata dan mengenal-Nya.

 6. Menenangkan jiwa dan melapangkan hati. Juga ia akan merindukan surga Firdaus, hingga rindu melihat wajah Allah yang mulia.

7). Menguatkan iman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A. TAUBAT

1. Pengertian Taubat

            Secara bahasa taubat berasal dari bahasa Arab yang bermakna kembali.  Dia bertaubat, artinya dia kembali dari dosanya (berpaling dan menarik diri dari dosa). Taubat adalah kembali kepada Allah Swt. dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus menerus melakukan dosa lalu melaksanakan semua hak Allah. Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allah, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya.

2. Hakikat Taubat

            Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allah pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat.

3. Syarat-syarat Taubat

a. Islam, karena orang yang kafir tidak diampuni dosanya sebelum masuk Islam

b. Menyesali dosanya

c. Menyadari kesalahan (mengakui dosanya)

d. Ikhlas melakukannya, bukan untuk  tujuan riya’ atau kepentingan dunia

e. Memohon ampun kepada Allah dengan memperbanyak membaca istighfar

f. Berjanji tidak akan mengulangi.

g. Menutupi kesalahan dengan perbuatan yang baik

h. Masa taubat sebelum nafas sampai di tenggorokan dan sebelum matahari terbit dari sebelah barat

i. Memperbanyak istighfar sebagaimana Rasulullah tiap hari bertaubat dengan membaca istighfar seratus kali dan rajin sholat taubat

j. Jika perbuatan dosanya itu ada hubungannya dengan orang lain, maka di samping syarat tersebut di atas, ditambah satu syarat lagi, yaitu harus ada pernyataan bebas  dari hak kawan yang dirugikan. Jika berupa harta maka dikembalikan hartanya, jika berupa tuduhan, ghibah, fitnah, mencaci dan lain-lain maka harus mohon maaf.

 

4. Kedudukan Taubat

a. Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah.

b. Taubat merupakan sebab keberuntungan

c. Taubat menjadi sebab-sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya

e.Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari api neraka

f. Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat

g. Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan

h. Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan

i. Taubat adalah untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar

j. Taubat merupakan sebab turunnya barokah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan

k. Menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat

m. Menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.

n. Taubat akan memotivasi seseorang untuk amar ma’ruf nahi mungkar, beramal saleh, hidup jujur, disiplin dan bertanggung jawab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

Memahami Adab terhadap Orang Tua Dan Guru

1.      Dalil Naqli Perintah Menghormati Orang Tua

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” ( Al-Isro :23)

 

Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizku, maka berbaktilah
pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat)” (HR. Ahmad)

Ada beberapa hal yang ditegaskan pada ayat diatas, yaitu :

ü  Agar manusia tidak menyembah atau beribadah kepada Tuhan selain Allah Swt. Termasuk larangan mempercayai ada kekuatan lain yang mempengaruhi dan menguasai jiwa dan raga selain yang datang dari Allah.

ü   Agar manusia berbuat baik kepada ibu dan bapak. Perintah berbuat baik kepada orang tua disampaikan oleh Allah bersamaan atau sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah. Hal ini tentu mengandung maksud agar manusia mengerti dan menyadari bahwa betapa pentingnya berbuat baik terhadap orang tua.

ü  Nikmat yang diterima manusia paling banyak datangnya dari Allah Swt, kemudian nikmat yang diterima dari orang tua. Oleh karena itu, kewajiban anak adalah berterima kasih kepada orang tua. Bentuk terima kasih tersebut adalah dengan cara berbuat baik kepada keduanya.

2.      Adab terhadap Orang Tua

Ada beberapa sebab mengapa Allah Swt. memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yaitu:

ü  Orang tua telah berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya. Seorang ibu dengan sepenuh daya upaya telah memberikan kasih sayang tanpa menginginkan balas budi dari anaknya.

ü  Kasih sayang orang tua tiada taranya, karena beliau tidak mengenal lelah dan bersusah payah memperhatikan anak-anaknya supaya menjadi anak yang bahagia.

ü  Anak adalah belahan jiwa ibu bapak, terutama ibu. Biasanya tidak akan makan sebelum anaknya makan, ibu tidak akan tidur sebelum anak-anaknya tidur, dan jika anak sakit maka ibu yang paling susah sehingga tidak bisa tidur dan tidak enak makan.

 Lalu bagaimana cara kita berbakti kepada kedua orang tua? Berikut dipaparkan prinsip prinsip dasar berbakti kepada kedua orang tua.

ü  Tunduk dan Patuh.

ü  Dilarang berkata kasar. Membentak, misalnya berkata “hus/ah” dan kata-kata sejenisnya termasuk ungkapan yang tidak baik.

ü  Berbuat baik. Apabila orang tua atau salah satunya mencapai usia lanjut kita harus berbuat baik kepadanya, sebagaimana orang tua merawat kita pada saat kita masih kecil.

ü  Berusaha menyenangkan orang tua dan menghindari hal-hal yang menyusahkan hati kedua orang tua selama tidak bertentangan dengan kewajiban kepada Allah dan rasulNya.

ü  Kita dilarang durhaka kepada kedua orang ibu bapak, karena termasuk dosa besar.

ü  Bersikap santun, berjalanlah di belakang orang tua, kecuali dalam hal tertentu, dengarkanlah pembicaraannya dan jangan menyela pembicaraannya

ü  Jika orang tua kita sudah wafat, maka kewajiban kita adalah sebagai berikut.

a)      Meneruskan perjuangannya

b)      Senantiasa menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang pernah menjadi teman karib orang tua kita

c)      Memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburnya

d)     Memohonkan ampun untuk mereka dan senantiasa mendoakannya

e)      Melaksanakan wasiatnya (yang baik) jika berwaris

f)       Melunasi tanggungan/ hutang-hutangnya jika punya hutang

3.      Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

ü  Dibukakan dua pintu surga. Tidak ada seorang mukmin yang mempunyai dua orang tua, dimana pada waktu pagi ia berbuat baik kepadanya, melainkan Allah membukakan dua pintu surga kepadanya.

ü  Lebih utama dari pada berjihad di jalan Allah

ü  Rida Allah ada di dalam ridho orang tua. Murka Alah ada di dalam murka orang tua. Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi ia tidak bersyukur pada orang tua, maka syukurnya tidak diterima.

ü  Dimudahkan rejekinya. Dan barang siapa meninggalkan doa kepada orang tua, maka disempitkan rejekinya

ü  Dimudahkan segala urusannya baik urusan dunia maupun akhirat

4.      Memahami Adab terhadap Guru

Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar
diutamakan pandangannya).” (HR. Ahmad).

Sebab-sebab kita wajib menghormati guru adalah sebagai berikut.

ü  Guru adalah orang yang banyak berjasa kepada kita

ü  Guru merupakan orang tua kedua

ü  Guru yang telah membuat kita dari belum tahu menjadi tahu, belum bisa menjadi bisa

ü  Tanpa guru hidup kita akan buta

          Berikut yang termasuk tata cara menghargai dan menghormati guru.

ü  Jika bertemu dengan guru ucapkanlah salam

ü  Khusnudhan pada apapun yang dilakukan guru

ü  Memperhatikan dengan wajah menyenangkan dan penuh semangat saat guru memberikan pelajaran

ü  Rendah hati dan hormat,

ü  Mentaati perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama

ü  Ikhlas dalam menerima teguran dan nasihat guru

ü  Senantiasa menjaga nama baik guru, tidak menceritakan aib atau kesalahan guru

ü  Mengunjungi guru jika ia sedang sakit atau mendapat musibah

ü  Memandang guru dengan pandangan memuliakan. KH. Hasyim Asy’ari berkata tidak diperbolehkan bagi pelajar memandang remeh gurunya. Merasa ia lebih pandai dari pada gurunya

ü  Tidak melupakan jasa-jasa guru

ü  Sabar menghadapi gurunya

5.      Keutamaan Berbakti pada Guru

ü  Mudah menerima pelajaran

ü  Mendapat ilmu yang bermanfaat

ü  Masa depannya cemerlang

ü  Kelak menjadi orang hebat bermartabat

ü  Hatinya tenang, tenteram, pikirannya cerah, cahaya ilmu mudah masuk

ü  Diangkat derajatnya oleh Allah

ü  Barakah ilmunya, rejekinya dan hidupnya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KISAH TELADAN NABI LUTH

1.      Dalil Naqli Dasar Kisah Nabi Luth As.

Nabi Luth adalah salah satu nabi yang diutus untuk negeri Sodom dan Gomarah (Amurah). Beliau ditugaskan berdakwah di Sadum, Syam, Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali dalam al-Qur’an. Berikut diantara Firman Allah tentang kisah Nabi Luth dalam berjuang terhadap kaumnya:

Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota, yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh.”(QS. al-Anbiya’ [21]: 74-75)

2.      Kisah Nabi Luth

Masyarakat Sodom adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela, kaum yang sangat keji dan buruk dalam tingkah lakunya, yang senang melakukan hubungan bersenggama antar sesama yang di sebut (homoseks) bagi pria dan (lesbian) bagi perempuan. Selain itu mereka bayak melakukan perampokan, mencuri, berjudi serta beraneka ragam kejahatan lainya. Kegiatan seks keji ini mereka menganggapnya biasa saja dan hal yang wajar dilakukan untuk melampiaskan nafsunya. Seolah-olah mereka terjebak dalam kesesatan yang nyata tanpa memperdulikan apapun.

Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Luth, berkata
kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (QS. ash-Shu’ara’[26]: 160-163)

Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya. Bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya

Nabi luth berjuang menasehati mereka tanpa lelah. Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih." (QS. an-Naml [27]: 56).

Akhirnya Allah menurunkan azab kepada mereka dengan mengutus malaikat menghancurkan segala nikmat yang Allah berikan kepada mereka, dengan cara mengutus malaikat untuk datang ke rumah Luth menyerupai lelaki yang cukup tampan. Lelaki tampan ini mengetuk pintu rumah Nabi Luth dan mengucapkan salam. Ketika Nabi Luth membukakan pintu, Nabi Luth heran dengan pemuda ini yang ia tidak kenal berkunjung ke tempatnya. Dalam hati Nabi Luth bertanya kepada dirinya sendiri, ada perlu apakah pemuda ini bertamu kerumahnya sekaligus Nabi Luth khawatir dengan ketampanannya itu menyebabkan penduduk di sini bisa berbuat keji kepada pemuda ini nantinya kata Nabi Luth dalam hati.

Pemuda ini tidak memberitahu sama sekali kepada Nabi Luth bahwa dia ini adalah malaikat yang menyamar sebagai seorang pemuda yang tampan. Kemudian hal yang tidak di inginkan Nabi Luth terjadi, para lakilaki yang ada disana langsung berbondongbondong ke tempatnya Nabi Luth untuk menyaksikan lelaki tampan tersebut sekaligus untuk mengajaknya berbuat keji yaitu berhomoseks. Nabi luth ketika itu langsung melindungi pemuda ini dari para lelaki yang ingin berbuat keji kepadanya, namun karena terlalu banyaknya laki-laki, Nabi Luth sangat kewalahan menghadapi mereka

Maka turunlah azab atas dirinya, bersama semua kaum Luth yang ingkar itu. ”Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke
bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS.Hud [11]: 82-83). Demikianlah, akhir dari kisah istri luth dan kisah penduduk Sodomi yang telah melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh penduduk bumi sebelumnya karena mereka melampiaskan nafsu dengan mendatangi lelaki (sodomi), bukannya mendatangi wanita. Akhir kisah yang menyedihkan dari istri luth dan penduduk sodomi yang ditimpa azab yang amat pedih. Istri nabi luth ikut terkena azab karena dia mengingkari ajaran yang di bawakan suaminya (Nabi Luth). Adapun sang anak mereka selamat dari azab, karena mengikuti ajaran ayahnya. Kini mereka yang selamat hidup rukun dan hidup sesuai dengan ajaran islam serta menyebarkannya.

3.      Pesan Moral dan Hikmah dari Cerita Kisah Nabi Luth As

ü  Kegigihan Nabi Luth berdakwah mengajak kaum Sodom untuk meninggalkan perilaku yang merusak patut kita jadikan teladan.

ü  Tabah dalam menghadapi hujatan dari kaumnya,

ü  Tetap bertanggungjawab mengemban tugas menyampaikan risalahnya

ü  Sabar dalam menghadapi ujian cobaan baik yang datang dari kaumnya ataupun dari istrinya sendiri yang justru membangkang pada dakwahnya.

ü  Peduli ketika memikirkan malaikat yang menyamar sebagai seorang pemuda, dikhawatirkan keselamatannya dari nafsu para kaumnya.

ü  Cobaan dan rintangan dalam berdakwah bisa datang dari manapun, termasuk keluarga dekat seperti istri Nabi Luth malah menjadi penghalang dakwah Nabi Luth.

ü  Siksa atau azab yang menimpa komunitas manusia tentu bukan salah dan kemauan Allah, tetapi oleh karena perilaku anggota masyarakat itu sendiri.

4.      Ibrah

ü  Perbuatan homoseksual (pria atau wanita penyuka sejenis) disebut fahisyah (alAnkabut 28) Menurut Muhammad al-Hijaz dalam at-Tafsir al-wadhih, esensi fahisyah itu adalah perbuatan yang sangat keji, buruk, menjijikan dan sangat membahayakan. Bahkan saking keji dan nistanya, Allah memberi sifat kaum homoseksual tersebut dengan tiga sifat yaitu kaum yang bodoh, kaum yang melampaui batas kemungkaran dan kaum yang melampaui batas aturan Allah.

ü  Perilaku lesbian dan gay kaum Luth As itu disebut mungkar (ditolak keras, tidak bisa diterima norma agama, etika, atau hukum), bahkan kaum Nabi Luth menantang nabinya untuk meminta didatangkan azab Allah Swt.

ü  Perilaku kaum nabi Luth itu dinilai Zalim, baik zalim pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Banyak riset menunjukkan timbulnya penyakit aids adalah karena hubungan seksual sesama jenis, melalui perilaku seks anal (dubur) yang oleh Nabi Saw. secara tegas dilarang.

ü  Perilaku kaum nabi Luth itu dinilai Zalim, baik zalim pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Banyak riset menunjukkan timbulnya penyakit aids adalah karena hubungan seksual sesama jenis, melalui perilaku seks anal (dubur) yang oleh Nabi Saw. secara tegas dilarang.

ü  Perilaku kaum Nabi Luth itu musrif artinya sungguh keterlaluan, atau melampaui batas kepatutan dan kewajaran (abnormal), hewan yang tidak punya akal saja tidak ada yang menyukai sesama jenis. Artinya perilaku kaum Nabi Luth itu lebih hina dari pada perilaku hewan.

ü  Perilaku kaum Nabi Luth itu dinilai Mufsid (merusak), merusak tujuan dan fungsi pernikahan yaitu reproduktif secara sehat dan halal sekaligus merusak spiritual dan masa depan manusia.

ü  Karena keji dan nistanya perbuatan homoseksual, maka Allah menurunkan siksa kepada mereka enam siksaan sebagai berikut. 1) Allah menurunkan hujan batu 2) Allah membutakan mata mereka 3) Allah membalikkan negeri mereka sehingga tanah menjadi atap dan atap menjadi tanah 4) Allah menurunkan hujan sangat dahsyat dan hebat 5) Allah menurunkan suara keras yang sangat menggelegar 6) Allah menurunkan angin yang sangat kencang yang membawa bebatuan

Semua itu Allah jelaskan agar apa yang terjadi dengan kaum Nabi Luth As tidak terulang lagi pada masa-masa setelahnya. Karena itu, di penghujung kisah Nabi Luth As Allah menegaskan bahwa semua itu sejatinya menjadi pelajaran bagi orang orang yang selalu mengambil pelajaran, juga bagi orang-orang yang beriman

 

 

 

 


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar